BAB VII
PERKEMBANGAN KIMIA ORGANIK
A.
Penemuan
Senyawa Organik
Sekitar tahun 4000 Sm
orang Mesir telah mengenal zat warna biru indigo yang berasal dari tumbuhan.
Obat-obatan yang digunakan orang pada abad pertengahan sebagian besar adalah senyawa
organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dengan cara ekstraksi.
Ahli kimia muslim pada abad ke-8 telah mengenal senyawa-senyawa organik
misalnya alkohol, asam cuka, minyak mawar, aldehida, dan mereka mampu memperolehnya
dalam keadaan murni melalui proses destilasi. Di Cina juga telah dikenal
destilasi alkohol pada masa pemerintahan dinasti Thang, yaitu sekitar abad
ke-9, abad ke-12. Boyle pada tahun 1661 pernah melakukan destilasi kering
terhadap kayu dan menghasilkan campuran metil alkohol dan aseton.
Scheele juga berhasil
membuat asam oksalat dengan cara oksidasi gula oleh asam nitrat. Ia juga
menemukan gliserol sebagai senyawa yang terdapat pada lemak hewan dan minyak tumbuhan.
Setelah tahun 1800,
Proust mempelajari cairan dari buah serta mengidentifikasi tiga jenis gula
yaitu sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Gottlieb Kirchof menemukan bahwa apabila
pati (amiluta) dipanaskan bersama asam sulfat, glukosa dapat diisolasi dalam
bentuk sirop. Beberapa tahun kemudian, Hendri Braconnot, seorang ahli kimia
Perancis, uga memperoleh glukosa dengan cara memanaskan perca kain dengan asam
sulfat. Gay-Lussac dan Louis Jacques Thenard membuktikan melalui analisis bahwa
gula, pati dan selulosa mengandung unsur hidrogen dan oksigen dalam perbandingan
berbanding satu.
Tahun 1805, Friedrich
Suturner berhasil mengisolasi suatu senyawa berbentuk kristal dan opiun.
Senyawa ini disebut morfin, dan pada abad 1816 ia menjelaskan lebih rinci bahwa
senyawa ini mengandung unsur nitrogen dan mempunyai sifat basa. Beberapa tahun
kemudian, Pierre Pelletier dan Joseph Caventou, mengisolasi kristal dari
senyawa yang serupa dan dinamakan “alkaloida”. Mereka memperoleh skriknin dan
brusin dari sejenis kacang-kacangan, kinir dan sinkonin dari kulit pohon kina.
Hans Cristian Oersted
dari Denmark menemukan piperin dari mereka. Friedlieb Runge berhasil mengisolasi
kafein dan biji kopi. Pelletier dan Francois Mugendie, ahli fisiologi Perancis
menemukan ametin dalam kar ipecacuana, dan Meissener mengisolasi veratindari
biji sabadilla.
Antara tahun 1810 dan
1823 Chevruel telah melakukan studi tentang asam-asm lemak. Ia mengemukakan
bahwa penguraian molekul lemak oleh basa menghasilkan sabun dan gliserol dan
karenanya proses tersebut dinamakan penyabunan (saponification).
Dari hasil karyanya
Chevreul menyatakan bahwa lemak itu ialah campuran senyawa-senyawa yang
terbentuk dari gliserol dan asam lemak. Ali-ahli kimia lain juga mengisolasi
beberapa senyawa urea dari urin manusia (Roulle, 1773), asam hurupat dari urine
kuda (Liebig, 1829), kolesterol dari batu ginjal (Poulletier-de-Lasalle).
Sintesis Senyawa Organik
Orang percaya bahwa
senyawa organik hanya dalam alam dapat terbentuk karena adanya “kekuatan hidup”
(vital vorce). Ini berarti bahwa senyawa organik hanya dapat terbentuk dalam
hidup (in vivo), yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan. Doktrin vitalisme ini
berlangsung lama sampai Wohler membuktikan melalui eksperimennya bahwa doktrin
tersebut tidak benar.
Friedrich Wohler
dalam eksperimen yang dilakukan tahun 1828 menarik kesimpulan bahwa urea dapat
dibentuk dalam laboratorium (in vitro) dengan jalan memanaskan amonium sianat.
Besama Liebeg ia meneliti minyak buah badam (bitter almond) dan menemukan
adanya radikal benzoil dalam senyawa yang ada pada minyak tersebut.
Seorang ahli kimia
bangsa Jerman, pada tahun 1844 berhasi melakukan sintesis asam cuka dari
senyawa yang dilakukan dari unsur-unsurnya. Sumbangan Adolf Wilhelm Herman
Kolbe bagi kimia orgbik ialah penelitian dalam bidang kimia orgnik serta
mengenai struktur senyawa organik dari zat anorganik, dengan cara mereaksikan
karbondisulfida dengan klor menjadi triklor asam cuka. Senyawa ini kemudian
dapat diubah menjadi asam cuka dengan jalan mereaksikannya dengan hidrogen.
Kolbe juga melakukan
eksperimen penguraian asam orgnik oleh elektrolisis, reaksi sianogen pada tahun
1861 ia menemukan sintesis senyawa koralin dari fenol dengan asam karbonat
serta mempelajari sifat antiseptikk senyawa tersebut.
Ahli kimia yang lain
juga memberikan sumbangan bagi perkembangan sintesis senyawa organik dari
senyawa anorganik ialah Berhelot Pierre Eugene Marcelin Berhelot. Tahun 1856 ia
mula mempelajari kemungkinan membuat senyawa organik dari senyawa anorganik dan
melakukan eksperimen tentang sintesis metana, etilena, naftalena dari karbon
disulfida dan hydrogen sulfida yang keduanya dapat disintesis, asitelina dengan
mengalirkan gas hidrogen melalui unga
api listrik yang dihasilkan oleh elektroda karbon. Tahun 1862 dan pada tahun
1866 ia pun melali tabung yang dipanaskan. Selanjutnya ia berhasil membuat
metil alkohol dan etil alkohol.
Dalam bukunya yang berjudul “Chimie organique
fondee sur la synthese” yang terbit pada tahun 1860, ia mengemukakan
pendapatnya bahwa tidak ada perbedaan antara kimia organik dengan kimia
anorganik, karena senyawa yang terdapat pada organism hidup dapat disintesis
dari zat-zat anorganik.
B.
Analisis
Senyawa Organik
Pada periode antara
tahun 800 sampai 1850 sangat banyak dilakukan isolasi senyawa organik yang
berasal dari tumbuhan maupun hewan dan sintesis senyawa-senyawa yang berhasil
disintesis tadi, kemudian direaksikan lagi dengan zat-zat tertentu sehingga
terjadi senyawa baru yang merupakan derivat atau turunannya.
Justus Von Liebig
semasa mudanya ia pernah melihat pedagang keliling membuat perak fulminat
sebagai bahan peledak, selama ia melakukan penelitian terhadap perak fulminat.
Wohler menemukan perak sianat, yang ternyata mempunyai susunan kimia yang sama
denga perak fulminat. Kedua, dalam musim panas tahun 1832 mereka bekerja sama
memurnikan minyak buah badam (bitter almond) dan memperoleh benzaldehida dan
senyawa-senyawa baru yang mempunai gugus atom yang sama yaitu radikal benzoil.
Tahun 1834 Liebig berhasi menganalisis asam urat.
Liebig mengembangkan
analisis senyawa organik dengan menentukan karbon dan hidrogen dengan metode
yang lebih baik. Sampel zat yang di analisis , setelah ditimbang ditempatkan
dalam tabung gelas bersama dengan tembaga oksida sebagai oksidator lalu
dipanaskan. Air yang terbentuk dari reaksi oksida ini, ditampung dalam tabung
pengering yang telah ditimbang, sedangkan karbon dioksida ditampung pada gelas
penampung yang telah berisi kalium hidroksida, yang telah ditimbang juga. Dari
berat air dan karbondioksida yang dihitung dari pertambahan berat gelas
penampung tadi. Berat hidrogen dan karbon dapat ditentukan. Penentuan hidrogen
dilakukan terpisah dari analisis hidrogen dan karbon, serta sampel yang
diperiksa , juga dipisahkan.
Jean Baptista Andre
Dumas , pada usia muda ia telah bekerja pada apoteker dan mengikutinya sampai
ke Genewa pada tahun 1816. Disana ia memperoleh pendidikan dalam botani dan
kimia dengan baik bersama Charles Coin Det ia menggunakan iodium mengatasi
penyakit gondok.
Dalam metode dumas
sampel senyawa organik yang dianalisis dipanaskan dalam tabung yang berisi
tembaga oksida dan kawat kasa tembaga. Tembaga oksida berfungsi mengoksidasi
sampel dan nitrogen dalam senyawa tersebut diubah menjadi molekul nitrogen yang
berupa gas
Metode lain untuk
menentukan kadar nitrogen ialah metode yang dikemukakan oleh kjeldahl. Dalam metode ini sampel dipanaskan dengan
asam sulfat pekat, yang mengubah nitrogen menjadi garam amonium sulfat. Larutan
tersebut kemudian ditambah dengan basa dan amonia yang terjadi ditentukan
melalui titrasi. Dengan demikian kadar nitrogen dapat dihitung dari hasil
titrasi tersebut.
Beberapaa teori
tentang senyawa organik. Teori radikal pada awal abad ke 19 dapat dikatakan
belum ada konsep yang menyeluruh dan terpadu mengenai senyawa organik. Beberapa
ahli kimia memang telahh dapat mengisolasi senyawa senyawa organik dari
tumbuhan maupun hewan, bahkan diantara mereka juga telah melakukan sintesi
senyawa organik dari zat zat orgaanik .
Namun demikian mereka belum dapat
melakukan generalisasi dari fakta fakta yang diperoleh sehingga belum ada
gambaran tentang kimia
organik secara keseluruhan. Beberapa orang ahli kimia menyatakan pendapatnya
sesuai dengan hasil eksperimen yang mereka lakukan.
Lavoisier
menyatakan bahwa senyawa organik itu adalah gabungan antara radikal dengan
oksigen sebagaimana telah kita ketahui pernyataan ini sesuai dengan pandangan
Lavoisier tentang asam dan untuk senyawa organik radikal tersebut dari atas
sekelompok atom – atom.
Tahun
1832 Liebig dan Wöhler menerbitkan tulisannya tentang minyak buah badam (bitter almond) dan dapat mengisolasi
senyawa organik yang sekarang dinamakan benzaldehida. Oleh karena senyawa
tersebut dapat diubah melalui reaksi kimia menjadi senyawa – senyawa lain. Yang
sifat – sifatnya tidak begitu berbeda satu dengan lain, maka dikemukakan oleh
mereka bahwa senyawa tersebut dan turunannya mengandung radikal benzoil. Pada
perkembangan selanjutnya teori radikal ini ditambah lagi dengan pendapat
Berzelius tentang radikal etil, Liebig tentang radikal asetil, Bunsen tentang
radikal Kakodil, yaitu radikal yang mengandung logam arsen.
Tahun
1834 melalui penelitiannya Dumas mengemukakan fakta bahwa klor dapat
menggantikan hidrogen dalam senyawa organik dikisahkan bahwa pada Dumas
kemudian menelitinya dan ia menemukan bahwa asap dari lilin yang menyala itu
mengandung asam klorida (HCl). Disamping itu ia juga meneliti reaksi klor
terhadap alkohol yang menghasilkan kloroform.
Pendapat
Dumas ini bertentangan dengan pendapat Berzelius yang menyatakan bahwa
penggabungan secara kimia pada senyawa organik tergantung pada kesadaran muatan
listrik atom – atom yang membentuknya.
August
Wilhelm von Hoffmann adalah seorang ahli kimia yang terkenal karena karyanya
tentang analisa. Hoffmann melakukan penelitian terhadap batu bara (coal tar) dan ia menemukan analisa pada
tahun 1843. Penelitian selanjutnya yang dilakukan melalui suatu reaksi kimia
yang sekarang dikenal dengan nama reaksi Hoffmann. Ia melakukan penelitian
terhadap beberapa zat warna anilina.
Tahun
1850, Hoffmann melakukan eksperimen dan dapat membuktikan bahwa dengan mereaksikan
etiliodida dengan ammonia, semua hidrogen dari ammonia secara berturut – turut
dapat diganti oleh etil. Lebih lanjut, Hoffmann membuat etilena dan
dietilanilina dari anilina dengan etilbromida. Disamping itu ia juga berhasil
membuat etilamilanina dari etilanilina dengan amilbromida.
sumbernya donk ?
ReplyDelete